Dari ‘Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berikan jaminan padaku dengan enam perkara dari diri kalian, akan aku jamin surga untuk kalian : (1) Jujurlah jika berbicara (2) penuhilah jika kalian berjanji (3) tunaikanlah jika kalian diberi amanah (4) jagalah kemaluan kalian (5) tundukkan pandangan kalian (6) tahanlah tangan kalian”
(HR. Ahmad, Hakim, dan lain-lain. Lihat Silsilah Ash Shahihah no. 1470).
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menybutkan enam sifat mukmin yang dijamin masuk surga. Semoga Allah memudahkan kita untuk memiliki keenam sifat tersebut.
Sifat ke-1: Jujur jika berbicara
Kejujuran adalah sebuah akhlak yang sangat mulia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalian wajib untuk jujur. Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan akan mengantarkan kepada surga”
(HR. Muslim).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Kejujuran adalah jalan yang lurus dimana orang yang tidak menempuh jalan tersebut, dia akan celaka dan binasa. Dengan kejujuran inilah, akan terbedakan siapakah yang munafik dan siapakah orang yang beriman, dan siapakah yang termasuk penduduk surga dan siapakah yang termasuk penduduk neraka”
(Madaarijus Salikin, 2/ 257).
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita dari bahaya dusta. Beliau bersabda,
“Hati-hatilah kalian dari dusta. Sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada maksiat, dan maksiat akan mengantarkan kepada neraka”
(HR. Muslim).
Termasuk perbuatan dusta yang sering diremehkan adalah berdusta dengan tujuan melawak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Celakalah orang yang berdusta dalam berbicara supaya orang lain tertawa. Celaka dia! Celaka dia!”
(HR. Abu Dawud).
Oleh karena itu, mari kita biasakan untuk jujur, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Jujurlah ketika bicara, ketika ujian, ketika berjualan, ketika bekerja, ketika mengisi data untuk keperluan tertentu, dan lainnya.
Sifat ke-2 : Memenuhi janji
Memenuhi janji adalah diantara sifat seorang mukmin. Adapun tidak memenuhi janji adalah diantara sifat munafik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tanda orang munafik ada tiga : Jika berkata maka berdusta, jika diberi amanah maka berkhianat, dan jika berjanji maka melanggar”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Diantara bentuk tidak memenuhi janji adalah orang tua yang menjanjikan anaknya yang sedang menangis dengan mengatakan “Diam nak… Nanti bapak belikan mainan” . Setelah anaknya diam, ternyata si ayah tidak membelikannya mainan. Ini termasuk menyelisihi janji. Dan diantara bentuk tidak memenuhi janji juga adalah terlambat mengembalikan barang pinjaman atau membayar hutang padahal sudah dijanjikan waktu pengembaliannya, terlambat memenuhi waktu perjanjian yang mana waktunya telah disepakati, dan lainnya. (lihat Akhlak-akhlak Buruk karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al Hamd, hal. 52-56).
Sifat ke-3 : Menunaikan amanah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya”
(QS. An Nisaa : 58).
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Amanah itu pembahasannya luas sekali. Dan pada intinya, amanah ada pada dua hal : amanah yang berkaitan dengan hak-hak Allah, yakni amanah yang diemban seorang hamba untuk beribadah kepada Allah dan amanah yang berkaitan dengan hak manusia”
(Syarh Riyadhus Shalihin, 2/463).
Maka, beribadah kepada Allah juga merupakan amanah yang harus ditunaikan seorang hamba. Amanah tersebut berkaitan dengan hak Allah. Adapun amanah yang berkaitan dengan hak manusia contohnya adalah barang titipan dari seseorang, jabatan atau kekuasaan, serta rahasia yang harus dijaga.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin juga mengatakan,
“Menunaikan amanah adalah tanda-tanda keimanan seseorang. Jika engkau menjumpai seseorang yang memegang amanahnya, menunaikannya dengan sebaik-baiknya, maka ketahuilah dia adalah orang yang kuat imannya. Sebaliknya, jika engkau mengetahui bahwa dia berkhianat, ketahuilah bahwa dia orang yang lemah imannya”
(Syarh Riyadhus Shalihin, 2/464).
Sifat ke-4 : Menjaga kemaluan
Di dalam Al Qur’an, Allah menerangkan bahwa diantara sifat seorang mukmin yang beruntung adalah orang yang menjaga kemaluannya. Allah berfirman (yang artinya),
“dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali kepada istri-istri atau budak-budak mereka, maka mereka itu tidak tercela. Adapun orang-orang yang mencari selain itu, mereka adalah orang yang melampaui batas”
(QS. Al Mu’minuun : 5-7).
Maka, mukmin yang beruntung adalah yang menjaga kemaluannya. Adapun orang yang tidak menjaganya dengan berzina atau onani, maka dia adalah orang yang melampaui batas. Allah berfirman (yang artinya),
“Janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah perbuatan keji dan jalan yang buruk”
(QS. Al Israa : 32).
Imam Ahmad mengatakan,
“Aku tidak tahu ada dosa yang paling besar setelah membunuh selain zina”
(Al Jawaabul Kaafi, hal. 162).
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, sesungguhnya dibalik kenikmatan semu zina terdapat kepedihan dan kesengsaraan. Sungguh indah ungkapan seorang penyair :
Kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang melakukan keharaman akan sirna…
Dan yang tersisa adalah kerendahan dan kehinaan…
Dan akhir dari kenikmatan haram tersebut adalah keburukan…
Tidak ada kebaikan pada suatu kelezatan jika dibaliknya adalah neraka…
Allah berfirman (yang artinya),
“Katakanlah kepada orang-orang yang beriman, hendaknya mereka menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluan mereka. Sesungguhnya itu lebih suci bagi mereka” (QS. An Nuur : 30).
Ibnul Qayyim mengatakan,
“Pandangan adalah penunjuk jalan serta utusan syahwat. Menjaga pandangan adalah modal pokok untuk menjaga kemaluan. Siapa yang tidak menjaga pandangannya, dia telah menempatkan dirinya ke tempat kehancuran”
(Al Jawaabul Kaafi, hal. 216).
Oleh karena itu, menjaga kemaluan tergantung kepada menjaga pandangan. Orang yang mampu menjaga pandangannya, akan mampu menjaga kemaluannya dengan izin Allah.
Maka jagalah pandangan dari lawan jenis. Orang yang mampu menjaga pandangannya, Allah akan menerangi hatinya dengan cahaya. Ibnul Qayyim mengatakan,
“Menundukkan pandangan akan memberikan cahaya dan kemuliaan kepada hati yang akan nampak pengaruhnya pada mata, wajah, dan anggota tubuh lainnya sebagaimana melepaskan pandangan akan memberikan kegelapan kepada hati yang akan nampak pengaruhnya pada wajah dan anggota tubuh lainnya”
(Raudhatul Muhibbin, hal. 73).
Sifat ke-6 : Tidak menganggu orang lain
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dan orang-orang yang menyakiti laki-laki dan wanita yang beriman tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, sungguh mereka telah menanggung kedustaan dan dosa yang nyata”
(QS. Al Ahzab : 58).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang muslim adalah seseorangyangkaum musllimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya”
(Muttafaqun ‘alaih).
Seorang muslim adalah orang yang tidak menganggu saudaranya, temannya, maupun tetangganya. Mereka merasa aman dengan kehadiran dirinya. Adapun orang yang suka mengganggu atau menyakiti orang lain, baik dengan lisan maupun tangannya, maka dia bukanlah seorang muslim yang sejati.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap muslim itu bersaudara. Maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustakannya, ataupun menghinanya. (Lalu beliau bersabda) Cukuplah seseorang dikatakan telah berbuat keburukan jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Darah, harta, dan kehormatan setiap muslim atas muslim lainnya adalah haram (untuk diganggu)”
(HR. Muslim)
Segala taufik hanya ditangan Allah
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, itulah enam sifat seorang mukmin yang dijamin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk masuk surga. Kita memohon kepada Allah agar memberikan kita taufik-Nya serta membantu kita untuk melaksanakan keenam sifat tersebut, karena tiada daya dan upaya melainkan dari Allah Ta’ala. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha mendengar lagi mengabulkan do’a.
Wallahu a'lam
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar