Sabtu, 18 Januari 2014

CARA MAKAN & MINUM RASULULLAH SAW


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



Rasulullah merupakan suri teladan yang patut di contoh oleh seluruh umat di dunia ini, beliau di utus oleh Allah untuk menjadi panutan bagi seluruh umat. Rasul telah memberikan contoh dalam berbagai hal dalam kehidupan ini, dari masalah yang kecil hingga masalah yang berat demikianlah kesempurnaan beliau yang hujjahnya sangat jelas dan terang,  sehingga tidak ada suatu permasalahan yang tersisa melainkan telah di jelaskan olehNya.


“Sesungguhnya Nabi saw menjilati jari jemarinya (sehabis makan) tiga kali.
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari`Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan,dari Sa’id bin Ibrahim, dari salah seorang anak Ka’ab bin Malik, yang bersumber dari bapak nya.)

• Nama Ibnul Ka’ab bin Malik (putera Ka’ab bin Malik r.a.) di sini tidak dijelaskan,sedangkan Ka’ab mempunyai anak dua orang,yaitu`Abdullah dan`Abdurrahman. Namun demikian keduanya punya tsiqat (dapat diterima periwayatannya),dan keduanya merupakan tabi’in besar.

“Bila Nabi saw selesai makan, beliau menjilati jari jemarinya yang tiga.”
(Diriwayatkan oleh al Hasan bin `Ali al Khilali, dari `Affan, dari Hammad bin Salamah, dari Tsabit, yang bersumber dari Anas r.a.)

• Yang dimaksud jari yang tiga ,yakni: jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari.

JENIS ROTI YANG DIMAKAN OLEH RASULULLAH SAW

“Keluarga Nabi saw tidak pernah makan roti sya’ir sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga Rasulullah saw wafat.”
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin al Matsani, dan diriwayatkan pula oleh Muhammad bin Basyar, keduanya menerima dari Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari Ishaq, dari Abdurrahman bin Yazid, dari al Aswad bin Yazid, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

• Sya’ir,khintah dan bur, semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “gandum” sedangkan sya’ir merupakan gandum yang paling rendah mutunya. Kadang kala ia dijadikan makanan ternak, namun dapat pula dihaluskan untuk makanan manusia. Roti yang terbuat dari sya’ir kurang baik mutunya sya’ir lebih dekat kepada jelai daripada gandum.

• Abdurrahman bin Yazid dan al Aswad bin Yazid bersaudara, keduanya rawi yang tsiqat.

”Rasulullah saw. tidak pernah makan di atas meja dan tidak pernah makan roti gandum yang halus, hingga wafatnya.”
(Diriwayatkan oleh `Abdullah bin `Abdurrahman, dari’Abdullah bin `Amr –Abu Ma’mar-,dari `Abdul Warits, dari Sa’id bin Abi `Arubah, dari Qatadah, yang bersumber dari Anas r.a.)

LAUK PAUK YANG DIMAKAN RASULULLAH SAW

“Sesungguhnya Rasulullah bersabda: “Saus yang paling enak adalah cuka.”

Abdullah bin `Abdurrahman berkata : 

“Saus yang paling enak adalah cuka.”
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Shal bin `Askar dan `Abdullah bin`Abdurrahman,keduanya menerima dari Yahya bin Hasan,dari Sulaiman bin Hilal, Hisyam bin Urwah, dari bapaknya yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

“Rasulullah saw bersabda : “Makanlah minyak zaitun dan berminyaklah dengannya. Sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi.”
(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubair, dan diriwayatkan pula oleh Abu Nu’aim, keduanya menerima dari Sufyan, dari ` Abdullah bin `Isa, dari seorang laki-laki ahli syam yang bernama Atha’, yang bersumber dari Abi Usaid r.a.)

• Abi Usaid adalah `Abdullah bin Tsabit az Zarqi.

“Nabi saw  menggemari buah labu. maka (pada suatu hari) beliau diberi makanan itu, atau diundang untuk makan makanan itu (labu). Aku pun mengikutinya, maka makanan itu (labu) kuletakkan dihadapannya, karena aku tahu beliau menggemarinya." (Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Muhammad bin Ja’far, dan diriwayatkan pula oleh Abdurrahman bin Mahdi,keduanya menerima dari Syu’bah, dari Qatadahyang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

“Nabi saw. menyenangi kue-kue manis (manisan) dan madu.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Ibrahim ad Daruqi, juga diriwayatkan oleh Salamah bin Syabib dan diriwayatkan pula oleh Mahmud bin Ghailan, mereka menerimanya dari Abu Usamah, dari Hisyam bin `Urwah yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

“Nabi saw diberi makan daging, maka diambilakan baginya bagian dzir’an.Bagian dzir’an kesukaannya. Maka Rasulullah saw Mencicipi sebagian dari padanya.“
(Diriwayatkan oleh Washil bin `Abdul A’la, dari Muhammad bin Fudlail, dari Abi Hayyan at Taimi, dari Abi Zar’ah, yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.)

• Dzir’an adalah bagian tubuh binatang dari dengkul sampai bagian kaki.

“Daging yang paling baik adalah punggung.”
(Diriwayatkan oleh Mahmud bin Ghailan, dari Abu Ahmad, dari Mis’ar, dari Syaikhan, dari Fahm,yang bersumber dari `Abdullah bin Ja’far r.a.)

• Namanya adalah Muhammad bin `Abdullah, disebut pula Muhammad bin `Abdurrahman, juga disebut Abu Hay.

BUAH-BUAHAN YANG DIMAKAN RASULULLAH SAW

“Nabi saw memakan qitsa dengan kurma (yang baru masak).”
(Diriwayatkan oleh Isma’il bin Musa al Farazi, dari Ibrahim bin Sa’id, dari ayahnya yang bersumber dari `Abdullah bin Ja’far r.a.)

• Qitsa adalah sejenis buah-buahan yang mirip mentimun tetapi ukurannya lebih besar (Hirbis) 

“Sesungguhnya Nabi saw memakan semangka dengan kurma (yang baru masak)”
(Diriwayatkan oleh Ubadah bin `Abdullah al Khaza’i al Bashri, dari Mu’awiyah bin Hisyam,dari Sufyan, dari Hisyam bin `Urwah, dari bapaknya, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

DO’A RASULULLAH SAW. SEBELUM DAN SESUDAH MAKAN

“Pada suatu hari, kami berada di rumah Rasulullah saw, maka Beliau menyuguhkan suatu makanan. Aku tidak mengetahui makanan yang paling besar berkahnya pada saat kami mulai makan dan tidak sedikit berkahnya di akhir kami makan.” 

Abu Ayub bertanya : 

“Wahai Rasulullah, bagaimanakah caranya hal ini bisa terjadi?” 

Rasulullah saw bersabda : 

“Sesungguhnya kami membaca nama Allah waktu akan makan, kemudian duduklah seseorang yang makan tanpa menyebut nama Allah, maka makannya disertai syetan.”
(Diriwayatkan oleh Qutaibah Dari Ibnu Luhai’ah, dari Yazid bin Abi Habib, dari Rasyad bin Jandal al Yafi’I, dari Hubeib bin Aus, yang bersumber dari Abu Ayub al Anshari r.a.)

“Rasulullah saw bersabda : “bila salah seorang dari kalian makan,tapi lupa menyebut nama Allah atas makanan itu,maka hendaklah ia membaca :”Bismillahi awwalahu wa akhirahu.” (Dengan nama Allah pada awal dan akhirnya).
(Diriwayatkan oleh Yahya bin Musa, dari abu Daud, dari Hisyam ad Distiwai, dari Budail al Aqili, dari `Abdullah bin `Ubaid bin `Umair, dari Ummu Kultsum, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

• Ummu Kultsum binti `Uqbah bin Abi Mu’ith al Umawiyah, adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw. dan ia merupakan saudara seibu `Utsman bin Affan r.a.

”Apabila Rasulullah saw. selesai makan, maka Beliau membaca : “Alhamdulillahil ladzi ath’amana wa saqana wa ja’alana muslimin.” 
(Segala puji bagi Allah Yang memberi makan kepada kami, memberi minum kepada kami dan menjadikan kami orang-orang islam)
(Diriwayatkan oleh Mahmud Ghailan, dari Abu Ahmad az Zubairi, dari Sufyan as Tsauri,dari Abu Hasyim, dari Ibnu Isma’il bin Riyah, dari bapaknya (Riyah bin `Ubaid), yang bersumber dari Abu Sa’id al khudri r.a.)

“Adapun Rasulullah saw, bila hidangan makan telah diangkat dari hadapannya,maka beliau membaca :”Alhamdulillahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi, ghaira muwadda’iw wa la mustaghnan `anhu Rabbana.” 
(Segala puji bagi Allah, puji yang banyak tiada terhingga. Puji yang baik lagi berkah padanya Puji yang tidak pernah berhenti. Dan puji tidak akan mampu lisan menuturkannya,ya Allah Rabbal `Alamin) 
(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Basyar, dari Yahya bin Sa’id, dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma’danyang bersumber dari Abu Umamah r.a.)


  • Dan dari Jabir berkata: saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: 


Apabila seseorang masuk dalam rumahnya dengan mengucapkan “bismillah” ketika masuk dan ketika hendak makan, maka setan berkata kepada temannya: ‘tiada tempat tinggal dan tiada bagian makanan bagimu disini’. Sedangkan bila orang itu masuk tanpa menyebut nama Allah, maka setan akan berkata:’Kamu dapat bermalamdi rumah ini’. Kemudian jika waktu makan tidak menyebut nama Allah, setanpun berkata: ‘kamu dapat bermalam dan makan disini’.” 

(HR.Muslim).

CARA MINUM RASULULLAH

“Sesungguhnya Rasulullah saw minum air zamzam sambil berdiri. “
(Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, dari Husyaim, dari `Ashim al Ahwal dan sebagainya,dari Sya’bi, yang bersumber dari Ibnu `Abbas r.a.)

“Sesungguhnya Rasulullah saw menarik nafas tiga kali pada bejana bila Beliau minum. Beliau bersabda :

“Cara seperti ini lebih menyenangkan dan menimbulkan kepuasan.”
(Diriwayatkan oleh Qutaibah bin Sa’id, dan diriwayatkan pula oleh Yusuf bin Hammad,keduanya menerima dari `Abdul Warits bin Sa’id, dari Abi `Ashim, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

MINUMAN RASULULLAH SAW

“Minuman yang paling disukai Rasulullah saw adalah minuman manis yang dingin.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi `Umar, dari Sufyan, dari Ma’mar, dari Zuhairi, dari `Urwah,yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

TEMPAT MINUM RASULULLAH SAW

Anas bin Malik r.a. memperlihatkan kepada kami tempat minuman yang terbuat dari kayu. Tempat minuman itu tebal dan dililit dengan besi”. kemudian anas r.a.menerangkan : 

“Wahai Tsabit! Inilah tempat minum Rasulullah saw.”
(Diriwayatkan oleh al Husain bin al Aswad al Baghdadi, dari `Amr bin Muhammad, dari `Isa bin Thuhman, yang bersumber dari Tsabit r.a.)

“Sungguh ke dalam cangkir ini telah kutuangkan berbagai minuman untuk Rasulullah saw., baik itu air, nabidz, madu ataupun susu.”
(Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abdurrahman,dari Hammad bin Salamah, dari Humaid dan Tsabit, yang bersumber dari Anas bin Malik r.a.)

• Nabidz adalah air kurma, yakni beberapa biji kurma dimasukkan ke dalam air kemudian dibiarkan (semalam) sampai airnya terasa manis.

Tidak mencela makanan yang tidak disukai.

Abu Hurairah ra. berkata : 

“Rasulullah SAW tidak pernah sedikit pun mencela makanan. Bila beliau berselera, beliau memakannya. Dan jika beliau tidak menyukainya, maka beliau meninggalkannya.” 
(HR. Bukhari Muslim)


Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah berkata kepada keluarganya (istrinya) tentang lauk pauk. Mereka menjawab : 

“Kami hanya punya cuka”. 

Lalu beliau memintanya dan makan dengannya, seraya bersabda : 

“Sebaik-baik lauk pauk ialah cuka (al-khall), sebaik-baik lauk pauk adalah (yang mengandung) cuka.” 
(HR. Muslim)

Penelitian Dr. Masaru Emoto dari Jepang dalam bukunya ’The True Power of Water’ menemukan bahwa unsur air ternyata hidup. Air mampu merespon stimulus dari manusia berupa lisan maupun tulisan.
Ketika diucapkan kalimat yang baik atau ditempelkan tulisan dengan kalimat positif, maka air tersebut akan membentuk struktur kristal yang indah dan bisa memiliki daya sembuh untuk berbagai penyakit.

Sebaliknya, jika diucapkan maupun ditempelkan kalimat umpatan, celaan atau kalimat negatif lainnya, maka air tersebut akan membentuk struktur kristal yang jelek dan bisa berpengaruh negatif terhadap kesehatan.

Diniatkan untuk beribadah kepada Allah SWT.

yaitu dengan makan diharapkan kebutuhan biologis akan makanan terpenuhi, yang nantinya akan diolah oleh tubuh menjadi energi, dan dengan energi tubuh yang dihasilkan dari makanan dan minuman tersebut kita gunakan untuk beribadah kepada Allah SWT.
Dengan niat ibadah itu berarti kita bisa mengurangi semangat nafsu kebinatangan dan membawa pada sikap totalitas kerelaan terhadap rezeki yang diberikan Allah kepada kita (qana’ah). Hal ini sesuai dengan hadist Nabi saw.


“Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan bagi setip orang adalah apa yang diniatkannya”. 
(HR. Bukhori).

MAKAN DENGAN TANGAN KANAN

Rasulullah shollallohu ‘alayhi wa ‘alaa aalihi wa sallam bersabda,

“Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” 
(HR Bukhari no. 5376 dan Muslim 2022).

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena syaitan itu juga makan dengan tangan kiri.” 
(HR Muslim no. 2019)

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

“Jika salah seorang diantara kalian hendak makan maka hendaknya makan dengan menggunakan tangan kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum juga dengan tangan kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan juga minum dengan menggunakan tangan kirinya.” 
(HR Muslim no. 2020)


Imam Ibnul Jauzi mengatakan, 

“karena tangan kiri digunakan untuk cebok dan memegang hal-hal yang najis dan tangan kanan untuk makan, maka tidak sepantasnya salah satu tangan tersebut digunakan untuk melakukan pekerjaan tangan yang lain.” 
(Kasyful Musykil, hal 2/594).

MEMAKAN MAKAN YANG TERDEKAT DAHULU

Umar bin Abi Salamah ra. bercerita : 

“Saat aku belia, aku pernah berada di kamar Rasulullah SAW dan kedua tanganku seringkali mengacak-acak piring-piring. Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ’Nak, bacalah Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari makanan baik yang terdekat.” 
(HR. Bukhari)


Dalam hadis lain juga dikatakan, 

“Sesungguhnya termasuk pemborosan (perbuatan yang berlebihan dan dimurkai Allah) bila kamu makan apa saja yang kamu (bernafsu) ingin memakannya”. 
(HR. Ibnu Majah)

TENANG, PERLAHAN DAN TIDAK TERBURU-BURU

Janganbersikap rakus sehingga tampak mulut penuh dengan suapan, dan jangan meniup-niup makanan atau minuman yang menunjukkan sikap tidak sabar.

Dari Ibnu Abas RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: 

“Janganlah kalian minum dengan sekali tegukan seperti minumnya unta, tetapi minumlah dengan dua atau tiga kali tegukan. Ucapkanlah ‘bismillah’ jika kalian minum dan ‘alhamdulillah’ jika kalian selesai minum”. 
(HR. Turmidzi).


Dalam hadis lain disebutkan, Dari Abi Qatadah ra:

"sesungguhnya Nabi SAW telah melarang bernafas dalam air minumannya “.
(HR.Muttafaqun ALaihi)

MAKAN KETIKA LAPAR DAN BERHENTI SEBELUM KENYANG


Dari Mikdam bin Ma’dikarib ra. menyatakan pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : 

“Tiada memenuhi anak Adam suatu tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah untuk anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak ada cara lain, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas.” 
(HR. Tirmidzi dan Hakim)

MENGAMBIL MAKANAN DAN MINUMAN SECUKUPNYA.

sehingga bisa dihabiskan tanpa sisa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.Artinya :


Dari Jabir katanya, Rosululloh saw. menyuruh membersihkan sisa makanan yang di samping piring maupun yang di jari, seraya bersabda : 

“Sesungguhnya kalian tidak mengetahui dibagian manakah makananmu yang mengandung berkah”. (HR. Muslim).

MAKAN SAMBIL DUDUK DAN TIDAK BERDIRI



  • Hal ini seiring dengan hadis Nabi: Dari Qatadah, dari Anas dari Rasulullah SAW, bahwa 
"sesungguhnya Nabi SAW telah melarang orang minum sambil berdiri”. Lalu Qatadah bertanya kepada Anas: Kalau makan bagaimana? Ia pun menjawab: “Hal itu (makan dengan cara berdiri) lebih busuk dan jahat”. 
(HR. Ahmad, Muslim dan Turmidzi)


  • Diriwayatkan ketika Rasulullah s.a.w. di rumah Aisyah r.a. sedang makan daging yang dikeringkan di atas talam sambil duduk bertekuk lutut, tiba-tiba masuk seorang perempuan yang keji mulut melihat Rasulullah s.a.w. duduk sedemikian itu lalu berkata: "Lihatlah orang itu duduk seperti budak." 


Maka dijawab oleh Rasulullah s.a.w.: 

"Saya seorang hamba, maka duduk seperti duduk budak dan makan seperti makan budak." 


Lalu Rasulullah s.a.w. mempersilakan wanita itu untuk makan. Adapun duduk bertelekan (bersandar kepada sesuatu) telah dilarang oleh Rasulullah sebagaimana sabdanya, 

"Sesungguhnya Aku tidak makan secara bertelekan" 
(HR Bukhari).
  • Dari Anas radhiyallahu anhu dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : 

“Sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melarang seseorang untuk minum berdiri”. 

Qatadah (seorang tabi’in) berkata : 

“Kami bertanya kepada Anas, ‘Bagaimana dengan makan sambil berdiri?’ Anas menjawab, ‘Yang demikian itu lebih jelek dan lebih buruk.’ 
(HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian minum sambil berdiri. Apabila dia lupa maka hendaknya dia muntahkan.” 
(HR. Muslim no. 2026)

**Dalil Pembolehan

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma berkata,


“Aku memberi minum kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari air zam-zam, lalu beliau minum sambil berdiri.” 
(HR. Bukhari no. 1637 dan Muslim no. 2027)

**Menyikapi Dalil

Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata,


“Yang tepat adalah larangan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengenai minum sambil berdiri dibawa ke makna makruh tanzih. Sedangkan dalil yang menyatakan beliau minum sambil berdiri menunjukkan bolehnya. Adapun yang mengklaim bahwa adanya naskh (penghapusan hukum) atau semacamnya, maka itu keliru. Tidak perlu kita beralih ke naskh (penggabungan dalil) ketika masih memungkinkan untuk menggabungkan dalil yang ada meskipun telah adanya tarikh (diketahui dalil yang dahulu dan belakangan). Perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minum sambil berdiri menunjukkan bolehnya karena tidak mungkin kita katakan beliau melakukan yang makruh. Beliau kadang melakukan sesuatu sekali atau berulang kali dalam rangka untuk menjelaskan (suatu hukum). Dan kadang beliau merutinkan sesuatu untuk menunjukkan afdholiyah (sesuatu yang lebih utama). Sedangkan dalil yang memerintahkan untuk memuntahkan ketika seseorang minum sambil berdiri menunjukkan perintah istihbab (sunnah, bukan wajib). Artinya, disunnahkan bagi yang minum sambil berdiri untuk memuntahkan yang diminum berdasarkan penunjukkan tegas dari hadits yang shahih ini. Karena jika sesuatu tidak mampu dibawa ke makna wajib, maka dibawa ke makna istihbab (sunnah).”
(Fathul Bari, 10: 82)

DAHULUKAN SEBELAH KANAN

Dari Aisyah radhiallahu anha dia berkata:


“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suka memulai dari sebelah kanan saat mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci, & dalam seluruh aktifitas beliau.” 
(HR. Al-Bukhari no. 5926 & Muslim no. 268)

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu:


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi minum susu campur air, sementara di sebelah kanan beliau ada seorang badui dan di sebelah kiri beliau ada Abu Bakar ra. Maka beliau minum kemudian beliau berikan (sisanya) kepada orang badui tersebut. Beliau bersabda: “Hendaknya dimulai dari sebelah kanan dahulu dan seterusnya.” 
(HR. Al-Bukhari no. 5619 & Muslim no. 29029)


PENUTUP 

Seorang Muslim telah memiliki identitas diri nan mulia karena segala tindak tanduknya berlandaskan pada ajaran Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau mengajak umat menuju kepada kesempurnaan adab. Tidak sepatutnya perkara-perkara semacam ini disepelekan. Sebab, bagaimanapun, itu semua bagian dari agama Islam. Wallahu a'lam.

Referensi :
- Mutiara Hadis,M Hasby
- Terjemahan Bulughul Maram, Abd Rosyad
- Sayid ahmad al-Hasyimi Afandi, Muhtasor Ahaadis An-nabawi
- Muhammad Allan Ash-Shodiqy Asy-Syafi’i Al-Makky, Dalilul Falihin
- Imam Abi Husain Muslim Bin Hajjaj, Shohih Muslim
- Terjemahan dari Majmu’ah Rasail Al-Imam Al-Ghazali jilid 2-6
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar